Pada zaman tehnologi 4.0 ini, smartphone bukan hal yang asing untuk angkatan muda. Berlainan dengan beberapa puluh tahun lalu, smartphone sebagai benda terbatas dan cuman dipunyai oleh sedikit orang. Sekarang ini, mayoritas orang mendapat info secara mudah cukup dengan berseluncur lewat handphone dan bebas dalam cari artikel, jurnal, dan sosial media. Berlainan dengan jaman dulu, yang perlu pergi dan lama-lama ke perpustakaan untuk memperoleh info yang diharapkan.
Penggunaan sosial media sebagai salah satunya argumen angkatan muda memakai smartphone dan internet. Meski begitu, tehnologi bisa dimisalkan seperti pisau bermata dua. Selainnya memberinya imbas yang memberikan keuntungan, sosial media bisa memberinya dampak yang bikin rugi hingga perlu dipakai dengan arif.
Media sosial terbagi dalam beragam jenis tipe, salah satunya adalah social network seperti Facebook dan Twitter, website seperti Blogspot dan WordPress, komunitas seperti Kaskus, video atau foto seperti Youtube dan Instagram, dan siniar (podcast) seperti SoundCloud dan Coursera.
Manfaat pemakaian media sosial
Penggunaan sosial media mempunyai beragam faedah, salah satunya ialah:
- Sarana berbicara: Lewat sosial media, di antara seseorang sama orang lain bisa tersambung secara mudah di jagat maya. Sekarang ini, sosial media sering dipakai sebagai fasilitas komunikasi antara pemegang jabatan dan warga, dan beragam komponen yang lain.
- Kepentingan usaha: Lewat sosial media, seorang bisa pasarkan produknya dan mencapai customer di seluruh penjuru. Marketing dari satu produk juga lebih luas hingga membuat produk itu lebih dikenali oleh warga.
- Personal branding: Sosial media dapat dipakai untuk lakukan personal branding. Melalui sosial media mereka bisa memperlihatkan kelebihan, talenta, dan kekuatan. Cukup banyak pemakai sosial media sebagai public figure dan memperoleh penawaran kerja sama atau tugas karena branding di sosial media.
Efek negatif pemakaian media sosial
Selain memberinya faedah, sosial media bisa bawa dampak negative, salah satunya ialah:
- Kecanduan internet, yang sekarang ini sudah terhitung dalam masalah psikis. Pada intinya, sikap ketagihan akan memacu pelepasan hormon dopamin untuk mempromokan pengalaman membahagiakan hingga makin banyak aktivitas yang dibutuhkan untuk menggerakkan tanggapan membahagiakan yang serupa, yang pada akhirannya membuat keterikatan.
- Kurang perduli dengan lingkungan: Pemakai sosial media yang alami ketagihan atau keterikatan bisa punya pengaruh pada kehidupan riil. Walau tersambung dan banyak memiliki rekan di jagat maya, mereka bisa terkucil dari dunia riil. Sering pemakai sosial media yang alami ketagihan memandang membalasnya chat, komentar, posting jadi hal yang dipandang lebih menarik dibanding dengan mengobrol dengan rekan di dunia riil.
- Fear of missing out (FOMO), yang disebut satu keadaan saat seorang berasa takut kehilangan info yang up to date atau pengalaman yang dirasakan seseorang. Ketakutan ini diidentikkan dengan kemauan selalu untuk tersambung dengan media sosial dan tidak mau ketinggalan berkenaan perubahan terkini dari seorang, info, atau trend yang berkembang.
- Penyebaran hoax: Saat ini lebih banyak penebaran hoax yang satu diantaranya ditebarkan lewat sosial media. Hoax sebagai informasi palsu atau informasi berbohong yang ditebarluaskan untuk memunculkan kecemasan dan ketakutan massal. Hoax memiliki kandungan info yang sering mempunyai sumber kurang terang dan didalamnya ada perintah misalnya: viralkan, sebarkan, dan dengan judul-judul yang provokatif.
- Cyberbullying, yaitu wujud bullying dalam jagat maya dan bisa dilaksanakan lewat sosial media. Cyberbullying dapat berbentuk olokan, teror, ejekan, atau hacking. Karena fatal dari perlakuan ini ialah bunuh diri. Ketidaksamaan di antara cyberbullying dengan bullying ialah tempat seorang pembully atau mobbing (panggilan untuk satu barisan pem-bully) lakukan gertakan, teror, dan penghinaan pada sasaran.
- Kejahatan yang terkait dengan pemakaian sosial media: Sosial media dapat memberikan dampak negatif seperti penyebaran pornografi, kejahatan seksual, penculikan, perampokan, dan NAPZA. Banyak remaja yang dengan terbuka buka identitasnya di jagat maya, kenalan, dan gampang yakin sama orang yang baru dikenali di jagat maya hingga mempunyai potensi jadi korban kejahatan lewat sosial media.
Literasi digital dalam pemakaian media sosial
Kita membutuhkan “literatur” digital saat memakai sosial media. Ada banyak wujud literatur digital seperti dirinci berikut ini.
- Gunakan internet secara positif: Pemakaian internet secara positif perlu dilaksanakan seperti pemakaian sosial media untuk bergaul, menambahkan info positif, jualan, dan lain-lain.
- Tidak gampang buka identitas komplet di jagat maya: Seorang yang memakai sosial media sering tanpa sadar buka identitasnya secara khalayak atau biasa. Jagalah data personal Anda. Tidak boleh beri/tampilkan identitas individu selengkapnya seperti nama ibu kandungan, keluarga, sampai alamat rumah.
- Tidak gampang yakin sama orang yang baru dikenali di jagat maya: Dalam bergaul di jagat maya, konsep kehati-hatian perlu diprioritaskan. Di jagat maya, siapa saja menjadi apa saja. Hingga diharap tidak gampang yakin sama orang yang baru dikenali di jagat maya.
- Menyaring Info yang didapat di jagat maya: Makin banyak info hoax yang tersebar di jagat maya menuntut pemakainya tidak untuk menelan mentah-mentah info di jagat maya. Check dulu kebenarannya, yakinkan sumber beritanya benar dan tidak berisi informasi berbohong atau palsu. Tidak boleh terlampau cepat mengaitkan dan yakin pada informasi atau info yang tidak utuh dan tidak betul.
- Think before posting dan sharing: Saat sebelum mengupload status atau membagi info yang berada di sosial media, seharusnya pikir lebih dulu berkenaan content yang bakal dibagi. Apa info itu betul dan memberikan faedah untuk seseorang, dan apa informasi itu bukan informasi hoax. Disamping itu, seharusnya content negatif tidak ditebarkan dalam sosial media.
- Mengubah FOMO jadi JOMO: FOMO yang terus-terusan akan jadikan pemakai sosial media alami obsesif kompulsif dan kekhawatiran. JOMO (Joy of Missing Out) sebagai hal yang penting dilaksanakan dalam menangani FOMO. JOMO sebagai sikap enjoy atau rasa tenang walau ketinggalan berkenaan info atau trend yang ada.
- Tidak lakukan dan menjauhi dari cyberbullying: Bullying dalam sosial media harus dijauhi. Pemakai sosial media seharusnya menjauhi dari beberapa pihak yang lakukan cyberbullying seperti lakukan unfriend atau unfollow di jagat maya. Kebalikannya, mereka pun tidak lakukan cyberbullying berbentuk apa saja.
- Menggunakan sosial media sekedarnya dan tidak terlalu berlebih: Management waktu dalam pemakaian sosial media benar-benar dibutuhkan supaya pemakai sosial media tidak masuk ke keadaan adiksi atau ketagihan. Pemakai sosial media bisa coba dengan tidak memakai sosial media pada pukul tertentu dan perbanyak pertemanan dan kegiatan fisik di dunia riil.
Komentar
Posting Komentar