Langsung ke konten utama

Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Provinsi Jawa Barat

Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) diharapkan dapat menjadi sumber energi alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik yang berbasis sumber daya tidak terbarukan. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi dengan kebutuhan listrik yang sangat besar tentunya perlu mulai memikirkan agar dapat beralih ke PLTS dalam waktu dekat ini.

Kondisi Ketenagalistrikan Provinsi Jawa Barat

Pelanggan listrik di Provinsi Jawa Barat dibagi menjadi 4 (empat) sektor, yaitu sektor rumah tangga, publik, industri dan sektor bisnis. Pelanggan listrik terdiri dari pelanggan PT. PLN (Persero) dan beberapa wilayah usaha yang tersebar di Provinsi Jawa Barat. Data jumlah pelanggan listrik per sektor ditunjukkan pada grafik.

Grafik total pelanggan listrik Provinsi Jawa Barat.

Dari tahun 2000 hingga tahun 2019, rumah tangga merupakan pelanggan listrik terbanyak di Provinsi Jawa barat dengan proporsi di atas 90%. Pada tahun 2019, komposisi pelanggan listrik untuk masing-masing sektor pelanggan ditunjukkan dalam grafik persentase pelanggan. Rumah tangga menempati urutan pertama pelanggan listrik Provinsi Jawa Barat dengan persentase sebesar 93,28%, diikuti sektor bisnis sebesar 3,72%, dan sektor publik sebesar 2,89%. Sektor industri merupakan pelanggan listrik paling sedikit dengan persentase sebesar 0,11% dari total pelanggan listrik di Provinsi Jawa Barat.

Grafik persentase pelanggan listrik di Provinsi Jawa Barat tahun 2019.

Berbeda dengan pelanggan listrik, konsumsi listrik didominasi oleh sektor industri dengan proporsi lebih dari 50% total konsumsi listrik Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya. Konsumsi listrik ditunjukkan dalam grafik konsumsi energi listrik. Komposisi konsumsi listrik Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 ditunjukkan dalam grafik persentase konsumsi energi listrik. Sektor industri menjadi sektor yang mengkonsumsi listrik paling banyak dengan persentasi sekitar 55,91% diikuti oleh sektor rumah tangga dengan persentase sekitar 31,85% dan sektor bisnis sekitar 9,2%. Sektor publik menjadi sektor yang mengonsumsi listrik paling sedikit dengan persentase sekitar 3,03%.

Grafik konsumsi energi listrik Provinsi Jawa Barat (GWh).
Grafik persentase konsumsi energi listrik per jenis pelanggan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 (GWh).

Suplai Energi Listrik

Kebutuhan energi listrik Provinsi Jawa Barat terutama disuplai oleh pembangkit listrik milik PT. PLN (Persero). Sejumlah pembangkit tersebut terhubung melalui transmisi 500 kV dan transmisi 150 kV. Adapun pembangkit yang terkoneksi ke sistem 500 kV adalah:

  • PLTG/ PLTU Muara Tawar berkapasitas total 2.012 MW
  • PLTA Saguling berkapasitas total 701 MW
  • PLTA Cirata berkapasitas total 1.008 MW
  • PLTA Jatiluhur berkapasitas total 187 MW

Sejumlah pembangkit yang terkoneksi ke saluran transmisi 150 kV di antaranya adalah:

  • PLTU Indramayu berkapasitas 990 MW
  • PLTGU Cikarang Listrindo berkapasitas 300 MW
  • PLTU Cirebon berkapasitas 660 MW
  • PLTU Pelabuhan Ratu berkapasitas total 1.050 MW
  • PLTG Sunyaragi berkapasitas total 80 MW
  • Beberapa PLTP berkapasitas 685 MW
  • Beberapa PLTA kecil berkapasitas 97 MW

Kebutuhan/Permintaan Energi Listrik

Kebutuhan listrik total Jawa Barat terdiri atas kebutuhan listrik untuk sektor rumah tangga, bisnis, industri, dan publik. Total proyeksi kebutuhan energi listrik Jawa Barat tahun 2020-2025 ditunjukkan pada grafik proyeksi kebutuhan listrik.

Grafik proyeksi kebutuhan listrik Jawa Barat 2020-2025.

Selain itu, dengan mengasumsikan rugi-rugi daya (losses) di saluran transmisi dan distribusi sebesar 0,1% dan rugi-rugi akibat pemakaian sendiri (auxiliary losses) sebesar 0,01%, pertumbuhan beban puncak Jawa Barat 2020-2025 dapat diprediksikan seperti pada grafik proyeksi pertumbuhan beban puncak.

Grafik proyeksi pertumbuhan beban puncak listrik Jawa Barat 2020-2025.

Berdasarkan tabel perkiraan kebutuhan energi listrik dan gambar proyeksi kebutuhan listrik, terlihat bahwa kebutuhan energi listrik Jawa Barat pada tahun 2020 adalah 73575,23 GWh dengan kebutuhan beban puncak 10,06 GW. Pada tahun 2025, kebutuhan energi listrik tersebut menjadi 111347,79 GWh dengan kebutuhan beban puncak 15,19 GW.

Tabel perkiraan kebutuhan energi listrik Jawa Barat 2020-2025 (dalam GWh).

Potensi Energi Surya

Secara umum, wilayah Jawa Barat memiliki berbagai macam sumber energi, baik sumber energi tak terbarukan seperti minyak dan gas bumi, maupun sumber energi baru dan terbarukan, seperti tenaga air, panas bumi, tenaga angin, tenaga surya, dan biomassa. Wilayah Jawa Barat secara astronomis terletak di 5°50’–7°50′ LS. Kondisi tersebut membuat wilayah Jawa Barat memiliki potensi paparan tenaga surya yang cukup besar dan lama penyinaran matahari harian yang cukup panjang.

Berdasarkan hasil kajian sebelumnya, paparan surya harian Jawa Barat berkisar antara 4,18 kWh/m2 hingga 5,00 kWh/m2. Potensi paparan surya tertinggi berada di wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi, sementara potensi paparan surya terendah berada di wilayah sebagian besar Priangan Timur (Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, serta Kota Banjar). Pada tabel data potensi tenaga surya, data klaster Jawa Barat ditampilkan berdasarkan potensi tenaga suryanya.

Tabel data potensi tenaga surya Jawa Barat berdasarkan nomor klaster.

Sejauh ini, pemanfaatan energi surya di Jawa Barat masih terbatas pada PLTS yang bersifat mandiri (terisolasi) dengan kapasitas terpasang serta produksi energi rendah. Fungsi PLTS hanya untuk fungsi dasar penerangan. Di beberapa lokasi, selain fungsi dasar penerangan, PLTS berfungsi untuk hiburan. Secara mikro terdapat dampak ekonomi yang berbentuk kemampuan PLTS mengganti penggunaan minyak tanah sebagai sumber penerangan di malam hari.

Dampak ekonomi yang lebih besar dan masif dari penggunaan PLTS di Jawa Barat belum ditemukan. Diharapkan ke depan dikembangkan teknologi terapan energi surya yang tidak terbatas pada PLTS sistem SHS mandiri, tetapi juga berupa sistem maupun komunal (array) sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

Jika dilihat dari sisi penyedia teknologi PLTS di Jawa Barat, industri penyedia teknologi PLTS di Jawa Barat hanya terbatas pada fungsi perakitan. Sel surya diimpor terutama dari Cina dan sebagian kecil dari Jerman. Teknologi sel surya yang dikembangkan masih terbatas pada teknologi generasi pertama dengan fokus pada monokristalin.

Saat ini kapasitas perakitan yang digunakan baru sekitar 20% dari kapasitas terpasangnya. Diharapkan di Jawa Barat dibangun industri yang memungkinkan pengembangan penggunaan energi surya secara masif serta mengurangi ketergantungan pengembangan sel surya di Indonesia pada impor sel surya dari Cina dan Jerman.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupaya menekan laju pertumbuhan kebutuhan listrik agar masyarakat lebih efisien dalam menggunakan listrik serta berupaya mengalihkan sumber energi kelistrikan kepada energi baru dan terbarukan. Selain itu, suplai listrik perlu dijamin stabil dengan daya yang mencukupi kebutuhan yang terus berkembang. Strategi yang akan dilakukan dibagi menjadi dua sisi, yaitu sisi rekayasa permintaan dan sisi penyediaan.

Sisi Permintaan

Strategi pada sisi permintaan pada dasarnya adalah untuk menekan laju pertumbuhan kebutuhan kelistrikan dan perilaku peralihan kepada energi listrik yang baru dan terbarukan. Untuk itu, perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua langkah umum.

1. Konversi energi lampu area publik menjadi bertenaga surya

Lampu penerangan di seluruh wilayah Jawa Barat adalah potensi yang besar untuk dihemat kebutuhan listriknya. Penghematan ini tentunya bukan mematikan lampu tersebut karena akan mengurangi penerangan, tetapi menggunakan energi terbarukan untuk sumber daya lampu tersebut. Sumber daya yang paling memungkinkan dan mudah untuk diterapkan adalah energi surya.

Untuk beberapa daerah di Jawa Barat seperti di Tol Purbaleunyi (Cipularang), penggunaan lampu jalanan bertenaga surya ini sudah efektif menggantikan lampu bertenaga listrik konvensional. Dengan demikian, untuk menghidupkan lampu-lampu ini tidak membutuhkan interkoneksi kepada jaringan listrik Jawa-Madura-Bali. Sejumlah wilayah di Jalur Pantura Jawa Barat juga telah menggunakan tenaga surya untuk penerangannya.

Ke depannya aplikasi ini harus lebih diperluas dan dipercepat, terutama untuk lampu jalan, lampu taman, dan lampu fasilitas publik lainnya. Lampu-lampu ini tersebar di penjuru perkotaan maupun pedesaan di Jawa Barat. Hasil perhitungan tim kajian menunjukkan bahwa hingga tahun 2025 Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus mencapai target sekitar 97,6 MW untuk pemasangan sel surya ini.

2. Insentif atau potongan pajak daerah bagi industri pembuatan sel Surya dan instalasi mikrohidro

Peran sektor swasta dalam mewujudkan ketersediaan listrik cukup besar. Sektor swasta terutama dapat berperan dalam produksi peralatan/instalasi sel surya dan pembangkit mikrohidro. Belum ada data yang lengkap mengenai keberadaan industri yang memproduksi kedua peralatan ini di wilayah Jawa Barat sehingga harus ditelusuri dan didorong untuk pengembangan. Pengembangan ini terutama dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi atau kabupaten/kota di Jawa Barat dalam bentuk insentif fiskal. Insentif ini bisa bermacam-macam bentuk, seperti pemotongan tarif pajak atau retribusi daerah untuk industri ini.

Tahapan Implementasi dan Strategi dari Sisi Suplai

Strategi dan program implementasi yang telah dijabarkan tentunya harus diikuti oleh strategi yang lebih detail dan dijabarkan dalam tahapan-tahapan waktu. Langkah-langkah untuk mencapai strategi umum di atas dapat dijabarkan untuk rentang waktu tiap 3 (tiga tahun). Penahapan ini juga dimaksudkan agar pemerintah kabupaten/kota lebih mendapat gambaran apa yang perlu dilakukan sehingga dapat bersinergi dengan pemerintah provinsi dalam melaksanakan program.

Pengembangan sel surya sebagai energi sudah dikembangkan di beberapa tempat di Jawa Barat seperti di Jalan Tol Cipularang, Jalur Pantura Jawa Barat, Kota Depok, Kota Bekasi. Permintaan adanya PLTS ini sudah dengan sendirinya terbentuk karena PLTS digunakan untuk kelistrikan sehingga dengan disambungkan ke jaringan listrik, seketika itu pula keberadaan sel surya sudah dapat dimanfaatkan. Oleh karenanya, fokus strategi ada pada pengembangan suplai dan terkait sisi suplai ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan.

1. Pemetaan Potensi Secara Lengkap

Pada dasarnya semua daerah di Jawa Barat berpotensi untuk mengembangkan PLTS. Namun, pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui lebih detail mengenai intensitas paparan sinar matahari di daerah-daerah tersebut sehingga dapat ditentukan mana lokasi yang akan menghasilkan daya besar dan mana yang kecil.

2. Pembukaan akses kepada swasta dan masyarakat untuk terlibat

Pemetaan potensi PLTS ini berguna untuk penawaran pengelolaan bagi swasta ataupun swadaya masyarakat. Khusus untuk swadaya masyarakat, pemerintah provinsi ataupun kabupaten/kota dapat membantu dari segi pendanaan pembangunan instalasi dan jaringan intradesa tersebut.

3. Stimulus fiskal untuk industri panel surya

Belum banyak sektor swasta yang terlibat dalam produksi instalasi PLTS sehingga perlu dilakukan stimulus dalam bentuk fiskal untuk pengembangan industri ini di Jawa Barat. Stimulus misalnya diberikan dalam bentuk insentif atau pemotongan pajak daerah.

4. Penambahan dan Perluasan PLTS dan Desa Mandiri Energi

Hingga 2025, Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus menargetkan pembangunan dan perluasan PLTS hingga mencapai total daya 97,6 MW. Dengan demikian, PLTS dapat digunakan untuk penerangan publik ataupun desa mandiri energi.

5. Persiapan SDM

Persiapan SDM sangat diperlukan terutama untuk mengelola PLTS ketika sudah beroperasi. Untuk PLTS yang dikelola oleh swadaya masyarakat, pelatihan SDM ini penting dilakukan oleh pemerintah provinsi serta kabupaten/kota.  Pemantauan secara berkala juga harus diagendakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kayangan Api Sebagai Potensi Wisata Bojonegoro

Banyak warga di luar daerah Bojonegoro belum ketahui mengenai kekayaan tempat rekreasi dan kekuatan yang dipunyai oleh Kabupaten Bojonegoro. Bila dijelajahi lebih dalam, daerah ini mempunyai banyak tujuan rekreasi yang sayang tidak untuk didatangi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, yang bekerja untuk memperkenalkan tempat rekreasi yang bisa menarik pelancong satu diantaranya seperti rekreasi Khayangan Api. Youti (2001:158) memiliki pendapat mengenai pemahaman tempat wisata yakni segala hal sebagai daya magnet untuk beberapa orang untuk mengunjugi satu wilayah tertentu. Object dan daya magnet rekreasi seperti yang ditujukan bisa berbentuk tempat wisata alam, budaya yang mempunyai daya pikat buat didatangi atau jadi target pelancong. Kayangan Api sebagai salah satunya warisan kerajaan yang hingga saat ini. Khayangan Api sebagai sumber api kekal yang tidak juga padam yang berada pada teritori rimba lindung di Dusun Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro

Tabulampot: Tanaman Buah dalam Pot

Beragam penawaran kegiatan baru di periode wabah dimulai dari bercocok tanam, naik sepeda, atau bahkan juga kulineran, lumayan disukai oleh warga. Selainnya sebagai penyukupan kebutuhan, beragam opsi itu seakan jadi trend yang selanjutnya tumbuh subur pada beragam kelompok. Salah satunya kegiatan positif yang lumayan disukai adalah bercocok tanam. Tanaman hias, apotek hidup, bonsai, sampai tanaman buah dalam pot atau kerap diistilahkan dengan tabulampot sekarang ini jadi kegiatan yang lumayan disukai. Pada dasarnya, tabulampot sebagai alternative untuk selalu menanam buah pada lahan-lahan sempit. Tabulampot juga tidak meusak bangunan disekelilingnya, seperti pagar rumah atau paving pelataran rumah karena akar tanaman ada dalam pot. Supaya tanaman buah dalam pot bisa tumbuh dan berbuah secara baik, ada banyak hal yang sebaiknya jadi perhatian dan diulas dalam tulisan singkat ini. Pilih Tipe Tanaman yang Sesuai Salah satu perihal yang perlu jadi perhatian pada tabulampot adalah pen

Coronavirus, SARS-Cov-2, dan COVID-19

Virus ialah substansi biologi paling banyak dari muka bumi ini. Virus tidak dipandang seperti makhluk hidup. Oleh karena itu dikatakan sebagai “substansi biologi”. Untuk perbanyak diri, virus mengontaminasi alias bajak sel hidup. Virus masukkan resep pembikinan elemen virus (RNA atau DNA) hingga sel yang terkena akan membuat dan beberapa virus baru juga dibuat. Ilustrasi infeksi virus. Protein pada virus berikatan dengan reseptor pada permukaan sel (no. 1). Sesudah masuk ke sel, virus melepas materi genetiknya (DNA atau RNA) (no. 2), yang berbentuk perintah (resep) untuk membikin protein elemen virus (no. 3). Virus baru dilepaskan dari dalam sel lewat budding (membuat “tunas “), atau sel lisis yang remuk (no. 4). Virus bisa dikelompokkan ke filum, ordo, dan kerabat berdasar materi genetik yang mereka membawa (DNA atau RNA), inang yang mereka serang, dan beragam persyaratan yang lain. Kerabat atau keluarga virus yang saat ini sedang marak dibahas ialah Coronavirus. Coronavirus (CoV